![]() |
( ILUSTRASI ) |
Dalam wawancara yang viral, Carlson menyatakan:
"Saya pikir kita sedang melihat akhir dari kekaisaran Amerika... Ini akan menjadi cara sempurna untuk menenggelamkan AS di perairan Iran dan ini juga bisa mengakhiri masa jabatan Donald Trump."
Carlson menekankan bahwa sejarah bisa terulang kembali, merujuk pada invasi Irak tahun 2003 yang menurutnya telah merusak agenda dalam negeri Presiden George W. Bush dan memperburuk reputasi internasional Amerika Serikat.
Pernyataan Carlson mencerminkan perpecahan yang semakin dalam dalam tubuh Partai Republik antara:
- Faksi "America First" yang menentang keterlibatan militer di luar negeri, fokus pada keamanan dan ekonomi domestik.
- Faksi hawkish, yang mendukung intervensi militer untuk mempertahankan pengaruh Amerika dan membela sekutu seperti Israel.
Isu ini muncul di tengah memanasnya konflik di Timur Tengah, termasuk serangan udara Israel ke Iran dan potensi eskalasi regional. Keterlibatan langsung AS bisa memicu:
- Destabilisasi kawasan Teluk dan pasar minyak global
- Kerugian militer dan ekonomi jangka panjang
- Ketidakpuasan publik dalam negeri menjelang pemilu
Tucker Carlson dan pendukungnya percaya bahwa menghindari perang adalah langkah logis untuk melindungi masa depan AS. Mereka khawatir bahwa keterlibatan militer hanya akan mempercepat keruntuhan moral, ekonomi, dan politik Amerika di mata dunia.
Di sisi lain, para pendukung intervensi menganggap bahwa ketidakhadiran AS bisa menciptakan kekosongan kekuasaan yang akan dimanfaatkan oleh Iran, Rusia, atau China.
Apakah Amerika harus menghindari konflik militer dengan Iran demi menjaga kestabilan dalam negeri dan reputasi globalnya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar