( ILUSTRASI ) |
Di tengah
memuncaknya konflik bersenjata dan ketegangan politik global, komunitas
internasional kembali menghidupkan semangat diplomasi lewat dua agenda penting:
Konferensi Perdamaian Gaza dan KTT NATO 2025 di Den Haag. Dua
pertemuan ini dinilai krusial dalam meredakan konflik serta mengarahkan masa
depan stabilitas geopolitik dunia.
Konferensi
yang dijadwalkan berlangsung pada 17–20 Juni 2025 di New York ini akan
mempertemukan para pemimpin dari negara-negara Barat, Timur Tengah, dan
organisasi internasional seperti PBB dan Uni Eropa.
Agenda utamanya Membahas tentang :
- Mendorong solusi dua negara antara Israel dan
Palestina
- Negosiasi pembebasan sandera yang masih ditahan
Hamas
- Restrukturisasi Otoritas Palestina sebagai aktor
kunci perdamaian
Beberapa
negara Eropa seperti Spanyol, Norwegia, dan Irlandia telah mengisyaratkan akan
mengakui negara Palestina secara resmi, baik selama konferensi atau tak lama
setelahnya. Ini memberi tekanan diplomatik terhadap pihak-pihak yang selama ini
enggan membuka ruang kompromi.
“Kami tidak akan membiarkan
harapan dua negara mati,” ujar Duta Besar PBB dari Prancis dalam jumpa pers.
Sementara itu, pada 24–25 Juni
2025, negara-negara anggota NATO akan berkumpul di Den Haag, Belanda, untuk KTT
tahunan yang kali ini menyoroti:
- Peningkatan anggaran pertahanan kolektif
- Dukungan militer berkelanjutan untuk Ukraina
- Stabilitas Indo-Pasifik di tengah meningkatnya
pengaruh Tiongkok
Amerika Serikat, Inggris, dan
Jerman telah menyatakan komitmen mereka untuk memperluas kapasitas pertahanan
siber dan sistem pertahanan udara terpadu.
Presiden NATO Jens Stoltenberg
menyatakan, “Aliansi ini tidak boleh hanya menjadi payung perlindungan,
tetapi juga perisai aktif yang tangguh terhadap segala ancaman modern.”
![]() |
( ILUSTRASI ) |
Kedua agenda besar ini hadir di
saat dunia menghadapi krisis bertubi-tubi:
- Konflik bersenjata di Timur Tengah
- Ketegangan di Eropa Timur
- Protes pro-demokrasi di Amerika Serikat dan Asia
Tenggara
- Krisis iklim yang memicu instabilitas di Afrika dan
kawasan Pasifik
Namun di balik ancaman tersebut, peluang dialog masih terbuka lebar. Jika Konferensi Gaza berhasil mendorong proses damai yang realistis, dan KTT NATO mampu memperkuat solidaritas tanpa memperkeruh ketegangan global, maka 2025 bisa menjadi titik balik menuju tatanan dunia yang lebih stabil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar