Dunia kembali diguncang oleh meningkatnya eskalasi konflik antara dua kekuatan utama di Timur Tengah: "Israel dan Iran". Dalam perkembangan terbaru yang terjadi sejak awal Juni, ketegangan kedua negara mencapai titik paling kritis dalam satu dekade terakhir, menimbulkan kekhawatiran akan pecahnya perang besar yang bisa merambat ke kawasan lebih luas.
Pada 11 Juni 2025, Israel melancarkan serangan militer besar-besaran yang diberi nama "Operation Rising Lion", yang menargetkan lebih dari 100 lokasi strategis di Iran. Serangan ini mencakup:
- Fasilitas nuklir yang dicurigai sebagai tempat pengayaan uranium.
- Markas Korps Garda Revolusi Islam (IRGC).
- Infrastruktur komunikasi dan militer di sekitar Teheran, Isfahan, dan Natanz.
Dalam serangan tersebut, beberapa pejabat tinggi militer Iran dan ilmuwan nuklir dilaporkan tewas. Pemerintah Israel menyatakan bahwa langkah ini merupakan "aksi pencegahan" terhadap ancaman eksistensial dari program nuklir Iran.
Sebagai balasan, Iran meluncurkan ratusan rudal balistik dan drone bersenjata ke wilayah Israel pada 12 Juni malam waktu setempat. Meskipun sebagian besar berhasil dicegat oleh sistem pertahanan udara Iron Dome, beberapa rudal dilaporkan jatuh di wilayah pemukiman, menimbulkan korban luka dan kerusakan infrastruktur.
Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menyebut serangan balasan tersebut sebagai "hak sah atas kedaulatan negara" dan mengancam bahwa "resistansi regional akan terus berlanjut sampai pendudukan berakhir."
Respons Dunia Internasional
- Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
Dewan Keamanan PBB mengadakan sidang darurat yang menyerukan de-eskalasi dan penghentian semua bentuk agresi militer. Namun, belum tercapai resolusi resmi karena perbedaan pandangan antara negara anggota tetap.
- Amerika Serikat
Pemerintahan Presiden Trump menyatakan dukungan terbatas kepada Israel namun mendesak agar konflik tidak berkembang lebih luas. Pentagon meningkatkan status siaga di pangkalan militer AS di wilayah Teluk.
- Negara-Negara Arab
Negara Teluk seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab menyerukan kedua pihak untuk menahan diri. Di sisi lain, kelompok pro-Iran seperti Hizbullah dan milisi di Irak menyatakan siap ikut serta jika perang meluas.
Eskalasi ini menimbulkan ketakutan besar akan krisis kemanusiaan dan ekonomi global. Harga minyak mentah naik hingga 7% dalam 48 jam terakhir, mencerminkan ketegangan yang bisa mengganggu pasokan energi dunia.
Selain itu, organisasi kemanusiaan memperingatkan potensi pengungsian massal jika konflik meluas ke Lebanon, Suriah, atau Irak.
![]() |
(ilustrasi) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar