![]() |
( ILUSTRASI ) |
Dalam langkah monumental yang menandai tonggak sejarah perlindungan laut global, negara-negara kepulauan di kawasan Pasifik termasuk Polinesia Prancis, Kepulauan Marshall, dan Kiribati secara resmi membentuk zona laut terlindungi terbesar di dunia. Kawasan konservasi seluas 5 juta kilometer persegi ini diumumkan dalam Konferensi Laut PBB di Nice, Prancis, dan langsung mendapat dukungan internasional.
Zona laut
ini akan menjadi rumah aman bagi ribuan spesies laut, termasuk hiu, paus, dan
terumbu karang yang kini terancam oleh penangkapan ikan berlebihan, polusi
plastik, dan pemanasan global. Selain itu, kawasan ini juga mencakup
koridor migrasi utama bagi spesies laut besar, yang selama ini tidak mendapat
perlindungan memadai.
Langkah ini
merupakan bagian dari implementasi Perjanjian High Seas Treaty (2023),
yang memberikan kerangka hukum bagi negara-negara untuk melindungi kawasan laut
di luar yurisdiksi nasional. Pulau-pulau Pasifik menjadi yang pertama secara
kolektif mengaktifkan pasal-pasal perjanjian ini dengan kawasan nyata.
Meskipun
inisiatif ini mendapat sambutan positif, tantangan besar masih menghadang:
- Pendanaan:
Negara-negara kecil membutuhkan dukungan logistik dan keuangan untuk
pengawasan dan patroli laut.
- Penegakan hukum:
Masih banyak praktik penangkapan ikan ilegal yang mengincar kawasan
konservasi.
- Perubahan iklim: Meskipun kawasan dilindungi, dampak pemanasan laut tetap bisa mengancam ekosistem.
Namun,
langkah ini juga menandai kebangkitan kekuatan diplomatik negara-negara
kecil, yang mampu memimpin agenda lingkungan global.
Langkah
kolektif negara-negara Pasifik ini telah menginspirasi negara lain untuk
mempertimbangkan perlindungan laut sebagai bagian utama dari strategi perubahan
iklim. Dengan wilayah konservasi laut global baru ini, dunia bergerak semakin
dekat menuju target “30x30”: melindungi 30% lautan dan daratan dunia
pada 2030.
Zona
konservasi laut seluas 5 juta km² ini bukan sekadar deklarasi politik, tetapi manifestasi
nyata kepemimpinan lingkungan dari negara-negara yang paling rentan akibat
krisis iklim. Dari pulau-pulau kecil di tengah Samudra Pasifik, dunia
diingatkan kembali bahwa ukuran bukanlah penentu kekuatan komitmen adalah
segalanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar